Senin, 09 Mei 2011

Peran Pepustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar

1. Perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan dan pusat kegiatan belajar.
Perpustakaan merupakan sumber informasi. Banyak buku yang dikoleksi perpustakaan, begitu juga di perpustakaan sekolah. Perpustakaan dapat membantu siswa dalam menambah ilmu pengetahuan yang sudah di dapatkan di dalam kelas.

2. Perpustakaan merupakan sumber ide-ide baru yang dapat mendorong kemauan para siswa untuk dapat berpikir secara rasional dan kritis serta memberikan petunjuk untuk mencipta.
Dengan membaca buku (prpustakaan) maka bertambahlah pengetahuan siswa. Banyak ilmu-ilmu baru yang didapatkannnya. Dari ilmu/pengetahuan tersebut, siswa dapat berpikir rasional dan kritis dengan dasar buku yang dibaca itu.

3. Perpustakaan akan memberikan jawaban yang cukup memuaskan bagi para siswa, sebagai tuntutan rasa keingintahuan terhadap sesuatu.
Disaat siswa menerima pelajaran tentu ada beberapa hal yang tidak dimengerti, sudah ditanyakan kepada guru, tetapi belum puas dengan jawaban guru tersebut. Di sinilah perpustakaan mengambil perannya. Siswa datang ke perpustakaan guna mencari jawaban tentang hal yang belum paham. Di perpustakaan siswa tidak hanya menemukan satu sumber (buku) saja, melainkan berbagai sumber dapat ditemukan. Dengan banyaknya sumber yang didapatkan itu, siswa tidak hanya akan menemukan apa yang dicarinya (jawaban) saja, melainkan pengetahuan baru juga akan didapatkannya.

4. Kumpulan bahan pustaka (koleksi) di perpustakaan memberikan kesempatan membaca bagi para siswa yang mempunyai waktu dan kemampuan yang beraneka ragam.

5. Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari cara mempergunakan perpustakaan yang efisien dan efektif.

6. Perpustakaan akan membantu para siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca dan memperluas perbendaharaan bahasa.‘Buku adalah jendela dunia” merupakan salah satu slogan yang sudah memasyarakat. Dari buku, kita dapat mengetahui dunia. Dengan cara apa? Yaitu dengan cara membaca buku tersebut dan kadang kita menemukan kosa kata baru/asing. Semakin sering membaca buku, maka kemampuan membacanyapun akan semakin lihai dan cepat serta kaya akan kosa kata-kosa kata baru.

7. Perpustakaan dapat menimbulkan cinta membaca, sehingga dapat mengarahkan selera dan apresiasi siswa dalam pemilihan bacaan.Dari kebiasaan sering membaca tersebut, tentulah akan menimbulkan ‘selera bacaan’ yang berbeda-beda tiap siswa. Dan diharapkan bacaan yang dibaca oleh para siswa tersebut yang positif dan berguna untuk menunjang pengetahuan di sekolah/pengetahuan umum.

8. Perpustakaan memberikan kepuasan akan pengetahuan di luar kelas.Pengetahuan tidak hanya didapatkan di bangku sekolah (dalam kelas), pengetahuan juga bisa didapatkan diperpustakaan dengan membaca koleksi-koleksi yang ada diperpustakaan. Dengan membaca koleksi-koleksi tersebut, maka pengetahuan siswapun akan bertambah luas.

9. Perpustakaan merupakan pusat rekreasi yang dapat memberikan hiburan yang sehat.Saat ini, di perpustakaan sekolah tidak hanya terdapat buku saja (koleksi tercetak), melainkan juga ada koleksi non cetak seperti VCD. Siswa dapat menonton VCD (tentunya VCD yang edukatif), seperti menonton VCD proses terjadinya hujan, proses penyerbukan, acara pagelaran musik (untuk mata pelajaran seni musik).

10. Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa dan guru untuk mengadakan penelitian.

11. Perpustakaan merupakan batu loncatan bagi para siswa untuk melanjutkan kebiasaan hidup membaca di sekolah yang lebih tinggi.
“budayakan membaca sejak dini” adalah kata yang tidak asing lagi untuk didengar atau dibaca. Kebiasaan membaca sejak dini, bermanfaat baik untuk siswa. Selain untuk menambah pengetahuan, membaca sejak dini juga berdampak positif untuk menuju ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maksudnya, bila siswa dilatih untuk membiasakan membaca sejak dini, maka esok di pendidikan yang lebih tinggi jika mendapat tugas untuk membaca/meresume dsb tidak kaget dan sudah terbiasa.

12. Kegairahan / minat baca siswa yang telah dikembangkan melalui perpustakaan sangat berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya.

13. Bila minat membaca sudah tumbuh dan berkembang pada diri siswa, maka perpustakaan juga dapat mengurangi jajan anak, yang ini biasanya dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan anak.

14. Bahkan perpustakaan juga bagi anak-anak dapat menjauhkan diri dari tindakan kenakalan, yang bisa menimbulkan suasana kurang sehat dalam hubungan berteman diantara mereka.

latar belakang sejarah kelembagaan perpust jatim

BADAN PERPUSTAKAAN

Dengan berlakunya Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah telah membawa perubahan yang mendasar bagi kelembagaan Pemerintahan di Jawa Timur. Salah satu Lembaga Pemerintah yang mengalami perubahan dimaksud adalah Lembaga Perpustakaan.

Perpustakaan Nasional Jawa Timur yang semula merupakan instansi vertikal Perpustakaan Nasional RI, berubah status menjadi Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur yang berada dalam lingkungan organisasi perangkat Daerah Propinsi Jawa Timur.

Perjalanan sejarah Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur dimulai dari:

Perpustakaan Negara

Pada tahun 1959 dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 13477/S tanggal 27 Desember 1959, di Surabaya didirikan Perpustakaan Negara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang untuk sementara menempati salah satu ruangan di komplek Jl. Gentengkali Nomor 33 Surabaya. Pada waktu itu bahan pustaka yang ada masih sangat terbatas. Tenaga yang ada hanya satu orang. Terbatasnya kegiatan, anggaran, pengadaan tenaga, bahan pustaka dan sarana perpustakaan berjalan sangat lamban.

Secara struktural, Perpustakaan Negara berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Lembaga Perpustakaan di Jakarta. Hubungan kerja dengan Kepala Kantor Perwakilan Departemen P dan K Jawa Timur bersifat konsultatif.

Taman Pustaka Masyarakat

Sementara itu, sejak tahun 1953 dl Surabaya sudah berdiri dan berfungsi dengan baik Taman Pustaka Masyarakat/C (tingkat Propinsi) yang pengelolaanya menjadi tanggung jawab Jawatan Pendidikan Masyarakat Perwakilan P dan K Jawa Timur. Taman Pustaka Masyarakat/C (TPM/C) yang beralamat di Jl. Walikota Mustajab Nomor 68 Surabaya ini adalah bekas Centraal Bibliotheek Indonesia milik Belanda yang diserahkan kepada Perwakilan P dan K Jawa Timur bersamaan dengan penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Pendudukan Belanda kepada Pernerintah Republik Indonesia. Koleksinya hampir 90% terdiri dari buku-buku berbahasa Belanda, Inggris, Jerman, Perancis. Pada tahun 1975 terbit Keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 079/0/1975 tentang restrukturing di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur.

Dalam Keputusan tersebut, Bidang Pendidikan Masyarakat tidak lagi dibebani Pengolahan Taman Pendidikan Masyarakat. Dengan demikian Taman Pendidikan Masyarakat tidak dapat berkembang karena tidak mempunyai Lembaga Induk dan tidak mempunyai anggaran belanja. Sehubungan dengan hal tersebut Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 2/SA tanggal 23 Pebuari 1977 Taman Pustaka Masyarakat/C diintegrasikan ke dalam Perpustakaan Negara dan menempati gedung di Jl. Walikota Mustajab 68 Surabaya.

Perpustakaan Wilayah

Pada tahun 1978, terjadi perubahan nama perpustakaan, yaitu Lembaga perpustakaan berubah menjadi Pusat Pembinaan Perpustakaan dan Perpustakaan Negara berubah menjadi Perpustakaan Wilayah. Sejak saat itu Perpustakaan Wilayah memperoleh dua macam anggaran yaitu: Anggaran Pembangunan dari Direktur Jenderal Kebudayaan dan Anggaran Rutin dari Pusat Pembinaan Perpustakaan.

Untuk menampung perkembangan, Perpustakaan Wilayah dipindahkan ke Gedung baru yang beralamat Jalan Menur Pumpungan No.32 Surabaya. Gedung baru dimaksud dibangun pada pertengahan Juni 1990 dalam tiga tahun (tahab) dengan biaya pembangunan dan anggaran proyek.

Perpustakaan Daerah

Sesuai dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 April tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional, mulai 1 April 1991 Pusat Pembinaan perpustakaan dimasukan kedalam struktur Organisasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Wilayah diubah namanya menjadi Perpustakaan Daerah sesuai pula dengan keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 001/Org/9/1990, Dalam melaksanakan tugas Kepala Perpustakaan Daerah ber-tanggung jawab kepada Kepala Perpustakaan Nasional. Sejak tanggal 1 April 1991 baik Perpustakaan Nasional maupun Perpustakaan Daerah secara organisasi terlepas dan Departemen pendidikan dan Kebudayaan dan diserahkan kepada Sekretaris Negara (Non Departemen).

Perpustakaan Nasional Propinsi

Berdasarkan keputusan Presiden Nomor: 50 tahun 1997 tentang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Timur berubah status menjadi Eselon Ila dengan nama Perpustakaan Nasional Propinsi Jawa Timur. Dalam melaksanakan tugas dan tungsinya, memperhatikan petunjuk dari Gubernur.

Dalam penjabaran kegiatan di daerah sesuai Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor: 44 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata kerja Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Nasional Propinsi Jawa Timur mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di wilayah propinsi meliputi pengembangan, pembinaan dan pendayagunaan semua jenis perpustakaan di instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta dalam rangka pelestarian bahan pustaka sebagai basil budaya, serta pelayanan informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.

Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur

Proses otonomi yang bergulir mengakibatkan terjadinya reorganisasi dan restrukturisasi di semua lini kegiatan kedinasan dl lingkungan Propinsi Jawa Timur, yang dampaknya telah diterbitkan peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000. Dengan Peraturan Daerah ini, instansi ini mengalami perubahan nyata dengan bertambah luasnya fungsi dan peranan yang diembannya.


BADAN ARSIP

Sejarah keberadaan lembaga kearsipan di Provinsi Jawa Timur pada dasarnya tidak terlepas dari lembaga kearsipan tingkat pusat, yaitu Arsip Nasional Republik Indonesia Wilayah Jawa Timur yang secara struktural mengacu pada Arsip Nasional RI, Jakarta dan Kantor Arsip Daerah Jawa Timur yang secara struktural mengacu pada pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Kantor Arsip Daerah (KAD) Provinsi Jawa Timur, didirikan sebagai implementasi dari amanat Undang-undang No. 7 Tahun 1971 pasal 8 tentang pembentukan unit kearsipan di setiap unit pemerintahan daerah. Meskipun demikian, tidak serta merta KAD dibentuk di Provinsi Jawa Timur. Untuk itu dibentuklah Sub Bagian Arsip Statis, Bagian Umum di Biro Umum, Sekretariat Wilayah Daerah Provinsi Jawa Timur.

Pada perkembangannya, dibentuklah lembaga kearsipan tingkat provinsi yaitu Kantor Arsip Daerah (KAD) yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 tahun 1992. Secara de facto, KAD baru memulai operasionalnya tahun 1995, walaupun Kepala Kantornya sudah diangkat tahun 1994. Saat itu KAD menempati kantor di Jalan Jagir Wonokromo No. 350 Surabaya. Orang pertama yang dipercaya menjadi Kepala KAD Provinsi Jawa Timur adalah Drs. Soepriyanto HS. Beliau menjadi Kepala KAD selama 5 tahun (1994 – 1999). Sebagai pengganti ditunjuk Dra. Joehartati. Beliau menjadi Kepala KAD sejak tahun 1999 – 2001. Mereka berdua memiliki prestasi yang berbeda tetapi sama pentingnya hingga mampu menanamkan prinsip-prinsip dasar kearsipan di Provinsi Jawa Timur.

Berlakunya Undang-undang No. 32 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, membawa konsekuensi terhadap penataan sejumlah lembaga pemerintah di daerah termasuk di antaranya lembaga kearsipan. Hal ini direspon positif oleh Pemerintah Provinsi dan DPRD Provinsi Jawa Timur guna membangun dan menyelamatkan warisan berharga berupa arsip di Jawa Timur.

Berpijak pada pemikiran tersebut, maka dibentuklah Badan Arsip Provinsi Jawa Timur. Badan Arsip Provinsi Jawa Timur dibentuk sebagai upaya penyelamatan fungsi dan lembaga yang sebelumnya sudah ada, yaitu Kantor Arsip Daerah Provinsi Jawa Timur dan Arsip Nasional RI Wilayah Jawa Timur.

Badan Arsip Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah No. 41 Tahun 2000 tanggal 18 Desember 2000 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur No. 15 tahun 2001 Seri D. Badan Arsip Provinsi Jawa Timur dipimpin oleh seorang Kepala dengan tingkat eselonering II A. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Badan bertanggung jawab pada Gubernur Jawa Timur.

Orang pertama yang ditunjuk sebagai Kepala Badan Arsip Provinsi Jawa Timur adalah Drs. H. Boimin, MM. Sebagai Kepala pertama, beliau harus bekerja keras menyelaraskan visi misi pengembangan kearsipan di Provinsi Jawa Timur. Sayang, beliau tidak lama memimpin Badan Arsip Provinsi Jawa Timur (2001 – 2002). Meskipun begitu, beliau cukup mampu memberi pondasi kuat pada pengembangan kearsipan di Provinsi Jawa Timur.

Muhammad Hakim, SH. MM., ditunjuk oleh Gubernur Jawa Timur sebagai pengganti Drs. H. Boimin, MM. Beliau menjadi Kepala Badan Arsip Provinsi Jawa Timur sejak 2002 – 2008. Selama masa tersebut, banyak sekali hal-hal yang sudah dilakukan untuk membangun kearsipan di Jawa Timur, sehingga lembaga kearsipan dikenal oleh masyarakat luas. Pada akhirnya Badan Arsip Provinsi Jawa Timur digabung dengan Badan Perpustakaan, sehingga menjadi Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.

BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur adalah sebuah lembaga baru yang dibentuk sebagai dampak pemberlakuan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Lembaga yang merupakan hasil penggabungan dari dua lembaga, yaitu Badan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur dan Badan Arsip Provinsi Jawa Timur ini dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 10 tahun 2008 tanggal 20 Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Timur.

Sebagai lembaga baru, Badan Perpustakaan dan Kearsipan masih perlu mengkonsolidasikan segala program kegiatannya agar bisa berjalan seiring sejalan. Perpustakaan dan arsip merupakan rumpun yang sama, tetapi dalam tugas dan kegiatan memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik, perlu suatu proses. Dan proses inilah yang saat ini sedang dijalani. Pebedaan ini tidak perlu diperdebatkan, tetapi perlu disikapi sebagai kelebihan.

Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan selaku pimpinan lembaga dengan tingkat eselonering II A, memang harus bekerja ekstra di tengah perbedaan ini. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala dibantu oleh para Kepala : Bidang Layanan dan Informasi; Bidang Pembinaan dan SDM Pepustakaan; Bidang Deposit, Pengembangan dan Pengolahan Perpustakaan; Bidang Publikasi, Promosi Perpustakaan dan Kearsipan; Bidang Pembinaan dan Pemasyarakatan Kearsipan, Bidang Pengelolaan Arsip In Aktif; Bidang Penyelamatan Arsip Statis serta seorang Sekretaris.

NILAI INFORMASI

NILAI INFORMASI
Nilai informasi menurut Burch dan Strater, nilai informasi didasarkan pada sepuluh sifat sebagai berikut :

1. Kemudahan pengaksesan (accebility)
Sifat ini menunjukkan mudah dan cepatnya diperoleh keluaran informasi. Informasi memperoleh nilai yang lebih sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan sangat dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh. Seperti misalnya mencari informasi melalui google atau yahoo. Kedua alternatif ini sangat praktis dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menemukannya. Hanya dengan mengetik kata kunci, dalam hitungan detik informasi yang kita cari dapat ditemukan.dengan jumlah yang banyak. Kita hanya cukup memilih mana informasi yang kita butuhkan.

2. Luas dan lengkapnya (comprehensiveness)
Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya mengenai volumenya, tetapi juga mengenai output informasinya. Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai lingkup/ cakupan yang luas dan lengkap. Informasi sepotong dan tidak lengkap menjadi tidak bernilai, karena tidak dapat digunakan secara baik. Seperti halnya Koran. Koran yang baik tentu berisi jawaban 5W dan 1H. Apabila salah satu dari 6 tersebut tidak ada, koran tersebut belum bisa dikatakan lengkap. Jangkauan koranpun sangat luas, tidak hanya tersebar di kota besar saja, tetapi menyeluruh.

3. Ketelitiannya (accuracy)
Berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan pengeluaran informasi. Informasi menjadi tidak bernilai jika tidak akurat, karena akan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan. Akurat ini maksudnya informasi tersebut harus bebas dari kesalahan-kesalahan serta harus dapat mencerminkan dengan jelas maksud dari informasi tersebut. Ketidakakuratan data terjadi karena sumber dari informasi tersebut mengalami gangguan dalam penyampaiannya baik hal itu dilakukan secara sengaja maupun tidak sehingga menyebabkan data asli tersebut berubah atau rusak. Seperti misalnya informasi tentang kandungan nutrisi pada setiap produk makanan dan minuman yang diedarkan. Sebelum informasi disebarkan ke public, tentu diperlukan ketelitian dalam menulis data supaya diketahui makanan dan minuman mana yang layak/tidak untuk dikonsumsi.

4. Kecocokan (appropriateness)
Sifat ini menunjukkan seberapa jauh keluaran informasi berhubungan dengan permintaan para pemakai. Isi informasi harus berhubungan dengan masalah. Misalnya tentang Penerimaan Mahasiswa Baru UNDIP, tentu akan tepat apabila informasi tersebut ditujukan kepada siswa SMA atau sederajat supaya mereka mengetahui bagaimana proses/cara untuk mendaftar di UNDIP. Informasi tersebut bisa disampaikan dengan menempelkan selebaran di majalah dinding sekolah, memberikan buku panduan kepada guru BK atau mahasiswa UNDIP yang terjun ke sekolah langsung (sosialisasi)

5. Ketepatan waktu (timeliness)
Berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek pada saat diperolehnya informasi. Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat diterima oleh pengguna pada saat yang tepat. Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika terlambat diterima/usang, karena tidak dapat dimanfaatkan pada saat pengambilan keputusan. Seperti informasi tentang bencana alam. Bagi orang yang ingin memberikan bantuan tentu harus tahu para korban sedang membutuhkan apa saat ini. Apabila informasi tersebut tidak tepat waktu, maka bantuan yang akan diberikan tenu sudah berbeda (tidak sesuai dengan sasaran)

6. Kejelasan (clarify)
Atribut ini menunjukkan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-istilah yang tidak dipahami. Dalam penulisan informasi, bahasa yang digunakan sebaiknya singkat, padat dan jelas. Bahasa yang mudah untuk dipahami, dan harus sesuai sasaran. Informasi tersebut diharapkan tidak memiliki arti yang rancu, karena bisa menyebabkan perbedaan arti pada setiap pemikiran orang. Seperti informasi tentang adanya bakteri yang terdapat pada susu bayi. Setiap ibu yang mengetahui informasi tersebut, tentu akan menjadi resah. Apakah bakteri tersebut berbahaya atau tidak. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan oleh pihak terkait supaya tidak ada kesimpangsiuran informasi.

7. Keluwesan (flexibility)
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi. Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para manajer/pimpinan pada saat pengambilan keputusan. Flekibility disini, maksudnya adalah keluwesan seorang manajer dalam mengambil keputusan dengan adil dan menimbang dampak baik buruknya bagi perusahaannya. Jangan sampai keputusan tersebut berat sebelah.

8. Dapat dibuktikan (verifiability)
Atribut ini menunjukkan kemampuan beberapa pengguna informasi untuk menguji keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.seperti kasus korupsi yang dilakukan oleh Gubernur Bengkulu. Karena perbuatannya dia terancam penjara 20 tahun dan mjabatannya akan di non aktifkan.

9. Tidak ada prasangka (freedom from bias)
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya. . Ini bertujuan agar tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi. Jadi informasi ini tidak boleh bias atau menyesatkan bagi penggunanya, serta harus dapat mencerminkan dengan jelas maksud dari informasi tersebut. Seperti pada pameran motor. Harus dijelaskan sesuai dengan apa adanya. Jangan melebihkan keunggulan dan menutupi kekurangan.

10. Dapat diukur (quantifiable)
Sifat ini menunjukkan hakikat informasi yang dihasilkan pada sistem informasi formal. Seperti nilai rata-rata siswa baru dan nilai rata-rata siswa yang lulus. Hal ini bisa digunakan untuk mengetahui kualitas sekolah tersebut. Apakah sekolah tersebut bagus, atau tidak.

SISTEM INFORMASI

Pengertian sistem Informasi
1. Alter (1992)
Sistem informasi adalah kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi
2. Bodnar dan Hopwood (1993)
Sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna
3. Gelinas, Oram, dan Wiggins (1990)
Sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai
4. Wilkinson (1992)
Sistem informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumberdaya (manusia, komputer) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.

Sistem Informasi

Contoh Sistem Informasi
Sistem reservasi pesawat terbang
Sistem untuk menangani penjualan kredit kendaraan bermotor
Sistem biometrik

Sistem yang dipasang pada tempat-tempat publik yang memungkinkan seseorang mendapatkan informasi seperti hotel, tempat pariwisata, pertokoan, dan lain-lain
Sistem layanan akademis berbasis Web
Sistem pertukaran data elektronis (Electronic Data Interchange atau EDI)
E-government atau sistem informasi layanan pemerintahan yang berbasis Internet.

Sifat Sistem Informasi
 Tidak harus kompleks
 Bisa saja menggunakan sebuah komputer







Kemampuan Sistem Informasi (Turban, McLean, dan Wetherbe, 1999)
 Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dengan kecepatan tinggi
 Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antarorgansiasi yang murah, akurat, dan cepat
 Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang kecil tetapi mudah diakses
 Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh dunia dengan cepat dan murah
 Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam kelompok dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi
 Menyajikan informasi dengan jelas yang menggugah pikiran manusia
 Mengotomasikan proses-proses bisnis yang semiotomatis dan tugas-tugas yang dikerjakan secara manual
 Mempercepat pengetikan dan penyuntingan
 Melaksanakan hal-hal di atas jauh lebih murah daripada kalau dikerjakan secara manual

Model SI










Peranan Sistem Informasi (Alter, 1992)
 Berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas-tugas Otomasi
 Mengaitkan perencanaan, pengerjaan, dan pengendali dalam sebuah subsistem
 Mengkoordinasikan subsistem-subsistem
 Mengintegrasikan subsistem-subsistem.

MENGENAL PERPUSTAKAAN DIGITAL

MENGENAL PERPUSTAKAAN DIGITAL
Yulika Setyowulandari
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro

1. Pendahuluan
Makalah ini membahas tentang perpustakaan digital di UPT Perpustakaan UNDIP..
Populasi dalam penelitian ini adalah pemakai Layanan Penelusuran atau Temu kembali informasi di UPT Perpustakaan UNDIP. Jumlah pengunjung di UPT Perpustakaan UNDIP rata-rata per hari 50-100 orang. Metode penelitan yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur dan observasi untuk memperoleh gambaran lengkap tentang efektifitas system temu kembali di UPT Perpustakaan UNDIP. Pengolahan data dilakukan dengan analisa kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka sebagian besar memanfaatkan perpustakaan, dan menyatakan cukup puas terhadap sistem informasi yang digunakan di UPT Perpustakaan UNDIP, khususnya pada layanan Local Content, terutama pada kejelasan dan kemudahan sistem, keakuratan dan kesesuaian hasil penelusuran, tetapi hanya sebagian kecil responden yang menyatakan puas dan sangat puas terhadap sistem layanan ini. Disamping itu sebagian besar responden juga menyatakan cukup puas terhadap koleksi yang dilayankan.

2. Perpustakaan Digital
a. Pengertian Perpustakaan Digital
Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital (Sismanto, 2008). Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat. Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran. Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi. Semuanya ini demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan penelusuran informasi.
b. Dasar pemikiran Perpustakaan Digital
Ada beberapa hal yang mendasari pemikiran tentang perlunya dilakukannya digitalisasi perpustakaan, antara lain sebagai berikut:
a) Perkembangan teknologi informasi di Komputer semakin membuka peluang-peluang baru bagi pengembangan teknologi informasi perpustakaan yang murah dan mudah diimplementasikan oleh perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu, saat ini teknologi informasi sudah menjadi keharusan bagi perpustakaan di Indonesia, terlebih untuk mengahadapi tuntutan kebutuhan bangsa Indonesia sebuah masyarakat yang berbasis pengetahuan - terhadap informasi di masa mendatang.
b) Perpustakaan sebagai lembaga edukatif, informatif, preservatif dan rekreatif yang diterjemahkan sebagai bagian aktifitas ilmiah, tempat penelitian, tempat pencarian data/informasi yang otentik, tempat menyimpan, tempat penyelenggaraan seminar dan diskusi ilmiah, tempat rekreasi edukatif, dan kontemplatif bagi masyarakat luas. Maka perlu didukung dengan sistem teknologi informasi masa kini dan masa yang akan datang yang sesuai kebutuhan untuk mengakomodir aktifitas tersebut, sehingga informasi dari seluruh koleksi yang ada dapat diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkannya dari dalam maupun luar negeri.
c) Dengan fasilitas digitasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang ada dapat dibaca/dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik di Indonesia, maupun dunia internasional.
d) Volume pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu hingga ratusan ribu, bahkan bisa jutaan koleksi, dengan layanan mencakup masyarakat sekolah (peserta didik, tenaga kependidikan, dan masyarakat luas), sehingga perlu didukung dengan sistem otomasi yang futuristik (punya jangkauan kedepan), sehingga selalu dapat mempertahanan layanan yang prima.
e) Saat ini sudah banyak perpustakaan, khususnya di perguruan tinggi dengan kemampuan dan inisiatifnya sendiri telah merintis pengembangan teknologi informasi dengan mendigitasi perpustakaan (digital library) dan library automation yang saat ini sudah mampu membuat Jaringan Perpustakaan Digital Nasional (Indonesian Digital Library Network).
f) Awal adanya perpustakaan digital di Indonesia adalah eksperimen sekelompok orang di perpustakaan pusat Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka memprakarsai Jaringan Perpustakaan Digital Indonesia bekerja sama dengan Computer Network Research Group (CNRG) dan Knowledge Management Research Group (KMRG). Proyek ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi menumbuhkan semangat berbagi pengetahuan antar pendidikan tinggi dan lembaga penelitian melalui pengembangan jaringan nasional perpustakaan. Proyek kecil ini kemudian mendapat sambutan positif dari berbagai pihak sehingga marak. Perpustakaan yang beralamat di www.indonesiadln.org itu melibatkan seratus lembaga lebih untuk menjadi mitra dalam penyebaran pengetahuan berupa koleksi file digital melalui jaringan internet. Para anggota, di antaranya Litbang Depkes, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Magister Manajemen (MM ITB), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Cendrawasih (Uncen), Papua, Universitas Tadulako (Untan), Sulawesi Tengah, dan Universitas Yarsi, Jakarta, aktif melakukan tukar-menukar data.
c. Keunggulan dan kelemahan Perpustakaan digital
Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun. Kedua, akses yang mudah. Akses pepustakaan digital lebih mudah dibanding dengan perpustakaan konvensional, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari di katalog dengan waktu yang lama. Ketiga, murah (cost efective). Perpustakan digital tidak memerlukan banyak biaya. Mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku. Keempat, mencegah duplikasi dan plagiat. Perpustakaan digital lebih “aman”, sehingga tidak akan mudah untuh diplagiat. Bila penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan format PDF, koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa mengeditnya. Kelima, publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital, karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.
Selain keunggulan, perpustakaan digital juga memiliki kelemahan. Pertama, tidak semua pengarang mengizinkan karyanya didigitalkan. Pastinya, pengarang akan berpikirpikir tentang royalti yang akan diterima bila karyanya didigitalkan. Kedua, masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi. Apalagi, bila perpustakaan digital ini dikembangkan dalam perpustakaan di pedesaan. Ketiga, masih sedikit pustakawan yang belum mengerti tentang tata cara mendigitalkan koleksi perpustakaan. Itu artinya butuh sosialisasi dan penyuluhan tentang perpustakaan digital.
d. Proses perpustakaan Digital
Proses digitalisasi dibedakan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu:
a) Scanning, yaitu proses memindai (men-scan) dokumen dalam bentuk cetak dan mengubahnya ke dalam bentuk berkas digital. Berkas yang dihasilkan dalam contoh ini adalah berkas PDF.
b) Editing, adalah proses mengolah berkas PDF di dalam komputer dengan cara memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan sebagainya. Kebijakan mengenai hal-hal apa saja yang perlu diedit dan dilingdungi di dalam berkas tersebut disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkan perpustakaan. Proses OCR (Optical Character Recognition) dikategorikan pula ke dalam pross editing. OCR adalah sebuah proses yang mengubah gambar menjadi teks. Sebagai contoh, jika kita memindai sebuah halaman abstrak tesis, maka akan dihasilkan sebuah berkas PDF dalam bentuk gambar. Artinya, berkas tersebut tidak dapat dioleh dengan program pengolahan kata.
c) Uploading, adalah proses pengisian (input) metadata dan meng-upload berkas dokumen tersebut ke digital library. Berkas yang di-upload adalah berkas PDF yang berisi full text karya akhir dari mulai halaman judul hingga lampiran, yang telah melalui proses editing. Di bagian akhir, ada dua buah server. Server pertama yaitu sebuah server yang berhubungan dengan intranet, berisi seluruh metadata dan full text karya akhir yang dapat diakses oleh seluruh pengguna di dalam Local Area Network (LAN) perpustakaan yang bersangkutan. Sedangkan server kedua adalah sebuah server yang terhubung ke internet, berisi metadata dan abstrak karya tersebut. Pemisahan kedua server ini bertujuan untuk keamanan data. Dengan demikian, full tekt sebuah karya hanya dapat diakses dari LAN, sedangkan melalui internet, sebuah karya hanya dapat diakses abstraknya saja.
e. Infrastruktur Perpustakaan Digital
Kebutuhan dalam perpustakaan digital adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komputer sebagai elemen-elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan digital.
Perangkat utama yang diperlukan dalam perpustakaan digital adalah computer personal (PC), internet (inter-networking), dan world wide web (WWW). Ketiga hal tersebut memungkinkan adanya perpustakaan digital. Perpustakaan digital juga memerlukan sistem informasi. Sucahyo dan Ruldeviyani (2007) mengungkapkan bahwa ada tiga elemen penting yang diperlukan dalam pengembangan sistem informasi, yaitu pernagkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan manusia (brainware).
Perangkat keras yang dimaksud adalah sebagai berikut:
(1) Web server, yaitu server yang akan melayani permintaan-permintaan layanan web page dari para pengguna internet;
(2) Database server, yaitu jantung sebuah perpustakaan digital karena di sinilah keseluruhan koleksi disimpan;
(3) FTP server, yaitu untuk melakukan kirim/terima berkas melalui jaringan komputer;
(4) Mail server, yaitu server yang melayani segala sesuatu yang berhubungan dengan surat elektronik (e-mail);
(5) Printer server, yaitu untuk menerima permintaan-permintaan pencetakan, mengatur antriannya, dan memprosesnya;
(6) Proxy server, yaitu untuk pengaturan keamanan penggunaan internet dari pemakai pemakai yang tidak berhak dan juga dapat digunakan untuk membatasi ke situs-situs yang tidak diperkenankan. Perangkat lunak yang paling banyak digunakan adalah Apache yang bersifat open source (bebas terbuka-gratis). Untuk yang mengunakan Microsoft, terdapat perangkat lunak untuk web server yaitu IIS (Internet Information Sevices).
Sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam sistem informasi ini adalah
(1) Database Administrator, yaitu penanggungjawab kelancaran basis data,
(2) NetworkAdministrator, yaitu penanggungjawab kelancaran operasional jaringan komputer,
(3) System Administrator, yaitu penanggungjawab siapa saja yang berhak mengakses sistem,
(4) Web Master, yaitu penjaga agar website beserta seluruh halaman yang ada di dalamnya tetap beroperasi sehingga bisa diakses oleh pengguna, dan
(5) Web Designer, yaitu penanggungjawab rancangan tampilan website sekaligus mengatur isi website.



f. Permasalahan
Hal klasik yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan perpustakaan digital antara lain adalah keterbatasan dana, staff yang kurang berkualitas dan rendahnya kemampuan pustakawan terutama di bidang information technology.
• Dana
Anggaran yang kecil dari universitas menjadi masalah yang cukup menghalangi perkembangan perpustakaan yang berbasis IT. Sementara biaya pengadaan peralatan, infrastruktur dan software tidak dapat terjangkau oleh semua perpustakaan. Proyek Inherent telah menyediakan koneksi internet yang sangat cepat. Hal ini dapat mengurangi anggaran perpustakaan dalam hal penyediaan koneksi internet, mengingat mahalnya harga untuk berlangganan internet.
• Staff
Kurikulum dunia pendidikan perpustakaan di Indonesia pada masa awal pertumbuhan kurang fleksibel dalam mengantisipasi perkembangan IT yang sangat cepat. Perubahan kurikulum di Indonesia harus melalui suatu tahapan-tahapan panjang sehingga literature yang digunakan selalu tertinggal. Hal ini menghasilkan pustakawan yang kurang berkualitas yang kini menjadi pengelola perpustakaan pada saat ini .
• Kemampuan dan ketrampilan di bidang IT
Pustakawan yang kurang berkualitas biasanya disertai pula kurangnya kemampuan dan ketrampilan di bidang IT. Meskipun banyak universitas yang berkonsentrasi di bidang IT tumbuh pesat di Indonesia akan tetapi banyak alumninya yang tidak tertarik bekerja di perpustakaan. Karena banyak perpustakaan tidak mampu memberikan penghasilan yang tinggi bagi mereka.
3. Penutup
Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital. Tumbuhnya perpustakaan digital disebabkan oleh beberapa pemikiran. Perpustakaan digital juga memliki kelemahan dan keunggulan. Selain itu, pembentukan perpustakaan digital melewati beberapa proses, yaitu scanning, editing, dan uploading. Kebutuhan dalam perpustakaan digital adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komputer sebagai elemen-elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan digital. Namun, perangkat utama yang diperlukan dalam perpustakaan digital adalah komputer personal (PC), internet (inter-networking), dan world wide web (WWW). Ketiga hal tersebut memungkinkan adanya perpustakaan digital.
Perbedaan ”perpustakaan biasa” dengan ”perpustakaan digital” terlihat pada keberadaan koleksi. Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau kompoter, sedangkan konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat. Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja dan kapan saja, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpusakaan. Dan permasalahan yang sering terjadi pada pengembangan perpustakaan digital antara lain dana, staff, dan kemampuan dan ketrampilan dibidang IT.
4. Daftar Pustaka
Pendit, Putu Laxman (Ed.). 2007. Perpustakaan Digital: Sebuah Impian dan Kerja Bersama. Jakarta: Sagung Seto.

Sismanto. 2008. Manajemen Perpustakaan Digital.
http://mkpd.wordpress.com/2008/09/08/kupas-buku-manajemen-perpustakaan-digital/, diakses tanggal 22 April 2011.

Sucahyo, Yudho Giri dan Ruldeviyani, Yova (ed).2007. Infrastruktur Perpustakaan Digital. Jakarta: Sagung Seto.

Suryandari, Ari (Ed.). 2007. Aspek Manajemen Perpustakaan Digital. Jakarta: CV Sagung Seto.

HARUSNYA KAU PILIH AKU

by TERRY

dia selalu pergi meninggalkan kau sendiri
mengapa kau mempertahankan cinta pedih menyakitkan
kau masih saja membutuhkan dia, membutuhkan dia

kau harusnya memilih aku
yang lebih mampu menyayangimu, berada di sampingmu
kau harusnya memilih aku
tinggalkan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku

kau tak pantas tuk disakiti
kau pantas tuk dicintai
bodohnya dia yang meninggalkanmu (meninggalkanmu)
demi cinta yang tak pasti ooow

kau harusnya memilih aku
yang lebih mampu menyayangimu, berada di sampingmu
kau harusnya memilih aku
tinggalkan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku

kau harusnya memilih aku
yang lebih mampu menyayangimu, berada di sampingmu
kau harusnya memilih aku
tinggalkan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku

kau harusnya memilih aku
yang lebih mampu menyayangimu, berada di sampingmu
kau harusnya memilih aku
tinggalkan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku

DAN LAGI

by LYLA

dan lagi terjadi peristiwa terperih
yang selalu kau beri
seakan tak berarti untuk kesekian kalinya
ku tak bisa berbuat apa lagi

haruskah kita berakhir cukup sampai di sini
meski hati berkata tak mampu
tak ingin terlambat menyudahi keadaan ini
mungkin ini jalan kita

dan lagi terjadi peristiwa terperih
yang selalu kau beri
seakan aku tak berarti untuk kesekian kalinya
ku tak bisa berbuat apa lagi ooh


dan lagi terjadi peristiwa terperih
yang selalu kau beri

HAL TERINDAH

by SEVENTEEN

Sampai saat ini
Rasaku bertahan disini
Rasa yang tak akan hilang oleh waktu

Kau tidak disini
Aku pun tiada dihatimu
Jiwaku ikut menghilang bersamamu

Tak terkira disampingmu
Adalah hal terindah yang pernah kuinginkan
Tak terkira dipelukmu
Adalah hal terindah yang pernah ku rasakan

Tak terkira milikimu
Adalah hal terindah yang pernah kudambakan
Tak terkira dekapanmu
Adalah hal terindah yang pernah kudapatkan
Tak kan rela melepasmu
Walau dihadapanmu ku kan terus menangis..bahagia

# Melukiskan segenap keindahan..dirimu
Hanya kau yang aku mau..kamu..kamu

LEBIH DARI INDAH

by NIKITA WILLY

bergetar hati ini saat mengingat dirimu
mungkin saja diri ini tak terlihat olehmu
aku pahami itu

bagaimana caranya agar kamu tahu bahwa
kau lebih dari indah di dalam hati ini
lewat lagu ini ku ingin kamu mengerti
aku sayang kamu, ku ingin bersamamu

meski ku tak pernah tahu kapan kau kan mengerti
ku coba tuk berharap

TAK RELA

by MERPATI

andaikan saja kau mau mengerti
tentang perasaan ku slama ini
yang tak menginnginkan kamu trus merasa
hati di penuhi rasa curiga

coba kau pahami keadaan ku
ku hanya menguji kesabaran mu
ternyata kau tlah salah menilaiku
kau tinggal kan ku tuk cinta yg baru

sesungguhnya aku tak rela
melihat kau dengan nya
sungguh hati terluka

cukup puas kau buat diriku
merasakan cemburu
kembalilah padaku

bukan ku menarik ulur hati mu
salah kah jika ku mengharapkan mu
ku tau hatimu hanya untukku
kau bersamanya pelarian semata

Minggu, 08 Mei 2011

UTUH

by TANGGA

Semakin ku ingkari, semakin ku mengerti
Hidup ini tak lengkap tanpamu
Aku mengaku bisa tapi hati tak bisa

Sesungguhnya ku berpura-pura
Relakan kau pilih cinta yang kau mau
Sesungguhnya ku tak pernah rela
Karena ku yang bisa membuat hatimu utuh

Sakit yang ku rasa bukan karena dia
Tapi karena kau pilih cinta yang salah
Aku mengaku bisa tapi hati tak bisa

Sesungguhnya ku berpura-pura
Relakan kau pilih cinta yang kau mau
Sesungguhnya ku tak pernah rela
Karena ku yang bisa membuat hatimu utuh

Ku akui sesungguhnya aku berpura-pura
Relakan kau pilih cinta yang kau mau
Dan aku tak bisa

Tak bisa ku biarkan kau tersiksa
Disisihkan cinta bertahta …
Ku katakan padamu tempatmu di hati
Cintaku membuatmu utuh

Sesungguhnya ku tak pernah rela
Karena ku yang bisa, karena hanya ku yang bisa
Membuat hatimu utuh

Senin, 02 Mei 2011

KUCINTA DIA

Oleh ASTRID

Tuhan..perlihatkan padaku
Wajah dia yang sangat kucintai
Tolong buat dia merasa
Bahwa aku sedang memeluknya

Ku takkan tenang
Sebelum dia tau

Kucinta dia dengan perasaan
Sepenuh hatiku
Walaupun nanti tak bertemu lagi
Kuhidup di hatinya..hatinya..

Entah mengapa cinta datang
Saat sudah terjadi perpisahan

sejarah-buku-dari-wikiversity

Sejarah buku
Kata buku berasal dari bahasa Inggris Kuno "BOC" yang berasal dari akar Jermanik "* bok-", serumpun untuk beech. Demikian juga, dalam bahasa Slavia (misalnya Rusia dan Bulgaria "буква" (bukva) - "huruf") adalah seasal untuk "beech". Dengan demikian diperkirakan bahwa tulisan-tulisan awal Indo-Eropa mungkin telah diukir pada kayu beech. Demikian juga, naskah kuno kata Latin, yang berarti sebuah buku dalam pengertian modern (diikat dan daun yang terpisah), aslinya berarti "balok kayu . "

Papirus, bahan kertas tebal seperti yang dilakukan oleh menenun batang tanaman papirus, kemudian berdebar lembar tenunan dengan alat seperti palu, digunakan untuk menulis di Mesir Kuno, mungkin sejak Dinasti Pertama, meskipun bukti pertama adalah dari buku-buku rekening Raja Neferirkare Kakai dari Dinasti Kelima (sekitar 2400 SM). Papirus lembaran yang direkatkan bersama untuk membentuk sebuah gulir. Kulit pohon seperti kapur (Latin liber, yang juga datang dari perpustakaan) dan bahan-bahan lain juga digunakan.

Ketika sistem penulisan diciptakan di peradaban kuno, hampir segala sesuatu yang dapat ditulis upon-batu, tanah liat, kulit kayu, logam lembaran-digunakan untuk menulis. Menulis abjad muncul di Mesir sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bangsa Mesir Kuno sering menulis pada papirus, tanaman tumbuh di sepanjang Sungai Nil. Awalnya kata-kata itu tidak dipisahkan satu sama lain (scriptura continua) dan tidak ada tanda baca. Teks yang ditulis dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, dan bahkan garis alternatif sehingga dibaca dalam arah yang berlawanan. Istilah teknis untuk jenis menulis adalah 'boustrophedon,' yang secara harfiah berarti 'sapi berbelok' untuk cara petani drive sapi untuk membajak sawah nya.

Menurut Herodotus (Sejarah 5:58), yang Fenisia membawa papirus untuk menulis dan Yunani sekitar abad ke sepuluh atau kesembilan SM. Kata Yunani untuk papirus sebagai bahan penulisan (biblion) dan buku (biblos) berasal dari kota pelabuhan Byblos Fenisia, melalui papirus yang diekspor ke Yunani. [5] Dari Yunani kita juga memperoleh buku besar kata (Yunani: τόμος), yang aslinya berarti sepotong atau potongan dan dari sana mulai menunjukkan "sebuah gulungan kertas papirus". Tomus digunakan oleh orang Latin dengan arti yang sama persis seperti volumen (lihat juga di bawah penjelasan oleh Isidore dari Sevilla).

Papirus gulungan masih dominan pada abad pertama Masehi, seperti yang disaksikan oleh temuan di Pompeii. Penyebutan tertulis pertama dari naskah kuno sebagai bentuk buku dari Bela Diri, dalam bukunya Apophoreta CLXXXIV pada akhir abad, di mana ia memuji kekompakan nya. Namun naskah kuno itu tidak pernah mendapatkan popularitas banyak di dunia Helenistik kafir, dan hanya dalam komunitas Kristen melakukannya mendapatkan digunakan secara luas. [6] Perubahan terjadi secara bertahap selama abad ketiga dan keempat, dan alasan untuk mengadopsi bentuk naskah kuno dari buku beberapa: format lebih ekonomis, karena kedua belah pihak bahan penulisan dapat digunakan, dan itu portabel, dicari, dan mudah untuk menyembunyikan. Para penulis Kristen mungkin juga ingin membedakan tulisan mereka dari teks-teks yang ditulis pada gulungan kafir. Tablet Wax adalah bahan menulis normal di sekolah, dalam akuntansi, dan untuk mengambil catatan. Mereka memiliki keuntungan yang dapat digunakan: lilin bisa meleleh, dan reformasi menjadi kosong. Kebiasaan mengikat tablet beberapa lilin bersama-sama (Roma pugillares) adalah prekursor mungkin untuk buku modern (yaitu naskah kuno). naskah kuno etimologi dari kata (balok kayu) juga menunjukkan bahwa hal itu mungkin berkembang dari tablet lilin kayu.

Pada abad ke-5, Isidore dari Sevilla menjelaskan hubungan antara naskah kuno, buku dan gulir dalam bukunya Etymologiae (VI.13): "naskah kuno adalah terdiri dari banyak buku, buku adalah satu gulir. Ini disebut naskah kuno dengan cara metafora dari batang (naskah kuno) atau pohon anggur, seolah-olah itu adalah stok kayu, karena mengandung dalam dirinya sendiri banyak buku, seolah-olah cabang. "
Jatuhnya Kekaisaran Romawi pada abad kelima Masehi melihat penurunan dari budaya Romawi kuno. Papirus menjadi sulit untuk mendapatkan karena kurangnya kontak dengan Mesir, dan perkamen, yang telah digunakan selama berabad-abad, menjadi bahan tulisan utama.

Biara meneruskan tradisi menulis Latin di Kekaisaran Romawi Barat. Cassiodorus, di biara Vivarium (didirikan sekitar 540), menekankan pentingnya menyalin teks St Benediktus dari Nursia,. Dalam karyanya regulasi Monachorum (selesai sekitar pertengahan abad ke-6) kemudian juga mempromosikan membaca. [10 ] The Rule of St Benedict (Bab XLVIII), yang menyisihkan waktu-waktu tertentu untuk membaca, sangat dipengaruhi budaya monastik Abad Pertengahan dan merupakan salah satu alasan mengapa para ulama adalah dominan pembaca buku. Tradisi dan gaya dari Kekaisaran Romawi masih mendominasi, namun perlahan-lahan budaya khas abad pertengahan buku muncul.

Sebelum penemuan dan penerapan mesin cetak, hampir semua buku disalin dengan tangan, yang membuat books mahal dan jarang. biara kecil biasanya hanya memiliki beberapa lusin buku, menengah mungkin beberapa ratus. Pada abad kesembilan, koleksi yang lebih besar dimiliki sekitar 500 volume dan bahkan pada akhir Abad Tengah, perpustakaan kepausan di Avignon dan perpustakaan Paris Sorbonne diselenggarakan hanya sekitar 2.000 volume

Proses taruhan itu panjang dan sulit. perkamen itu harus disiapkan, maka halaman terikat direncanakan dan memerintah dengan alat tumpul atau memimpin, setelah teks ditulis oleh juru tulis, yang biasanya meninggalkan daerah kosong untuk ilustrasi dan rubrication. Akhirnya, buku itu terikat oleh penjilid buku itu.
Meja tulis dengan buku dirantai di Perpustakaan Cesena, Italia.

Buku-buku pertama digunakan perkamen atau vellum (kulit sapi) untuk halaman. Buku ini mencakup terbuat dari kayu dan ditutup dengan kulit. Karena kulit kering cenderung untuk menganggap bentuk itu sebelum memproses, buku-buku itu dilengkapi dengan kunci jepit atau tali. Selama Abad Pertengahan, ketika muncul perpustakaan umum, sampai abad 18, buku sering dirantai ke sebuah rak buku atau meja untuk mencegah pencurian. Buku-buku ini disebut catenati dirantai libri.

Berbagai jenis tinta yang dikenal di jaman dahulu, biasanya dibuat dari jelaga dan permen karet, dan kemudian juga dari kacang empedu dan asam belerang besi. Hal ini memberikan menulis warna hitam kecoklatan, tapi hitam atau cokelat tidak hanya warna yang digunakan. Ada teks-teks tertulis dengan warna merah atau bahkan emas, dan warna yang berbeda digunakan untuk iluminasi. Kadang-kadang seluruh perkamen berwarna ungu, dan teks tertulis di situ dengan emas atau perak (misalnya, Codex Argenteus).

biarawan Irlandia memperkenalkan jarak antara kata pada abad ketujuh. Ini difasilitasi membaca, sebagai biarawan ini cenderung kurang akrab dengan bahasa Latin. Namun, penggunaan spasi di antara kata-kata itu tidak menjadi biasa sebelum abad ke-12. Telah dikemukakan bahwa penggunaan jarak antara kata menunjukkan transisi dari membaca semi-disuarakan ke membaca diam.

Dalam cetak woodblock, gambar relief seluruh halaman diukir menjadi balok kayu, tinta, dan digunakan untuk mencetak salinan dari halaman tersebut. Metode ini berasal dari Cina, pada dinasti Han (sebelum 220AD), sebagai metode pencetakan pada tekstil dan kertas kemudian, dan banyak digunakan di Asia Timur. Buku tertua tanggal dicetak dengan metode ini adalah The Diamond Sutra (868 AD). Metode (disebut ukiran kayu bila digunakan dalam seni) tiba di Cina pada awal abad ke-14. Buku (dikenal sebagai blok-buku), serta-bermain kartu dan gambar keagamaan, mulai diproduksi dengan metode ini. Membuat buku Seluruh proses melelahkan, membutuhkan sebuah blok yang diukir dengan tangan untuk setiap halaman, dan blok kayu cenderung retak, jika disimpan untuk waktu lama. Para biksu atau orang yang menulis mereka dibayar tinggi. 

Pada awalnya, sebagian besar buku-buku itu disalin di bar, satu per satu. Dengan meningkatnya universitas di abad ke-13, budaya Naskah dari waktu menyebabkan peningkatan permintaan untuk buku, dan sistem baru untuk buku menyalin muncul. Buku-buku dibagi menjadi daun terikat (pecia), yang dipinjamkan kepada penyalin yang berbeda, sehingga kecepatan produksi buku sangat meningkat. Sistem ini dikelola oleh serikat sekuler alat-alat tulis, yang menghasilkan baik agama dan non-materi agama.

books kertas modern yang tercetak di kertas yang dirancang khusus untuk penerbitan buku cetak. Secara tradisional, kertas buku adalah off kertas putih putih atau rendah (mudah dibaca), yang buram untuk meminimalkan menunjukkan melalui teks dari satu sisi halaman untuk yang yang lain dan (biasanya) dibuat untuk caliper spesifikasi ketat atau tebal, terutama untuk terikat kasus buku. Biasanya, buku kertas adalah kertas ringan 60-90 g / m² dan sering ditentukan oleh rasio mereka caliper substansi / (berdasarkan volume). Misalnya, g 80 besar / kertas m² mungkin memiliki caliper 120 mikrometer (0,12 mm) yang akan Volume 15 (120 × 10/80) di mana sebagai bulk rendah 80 g / m² mungkin memiliki caliper 88 mikrometer, memberikan volume 11. Dasar volume ini kemudian memungkinkan perhitungan buku PPI (cetak halaman per inch) yang merupakan faktor yang penting untuk desain jaket buku dan pengikatan buku selesai. kualitas kertas yang berbeda digunakan sebagai kertas buku tergantung pada jenis buku: Mesin selesai dilapisi kertas, kertas uncoated woodfree, baik dilapisi kertas dan kertas halus kertas khusus kelas umum.

Awal buku cetak, lembaran tunggal dan gambar yang dibuat sebelum tahun 1501 di Eropa dikenal sebagai incunabula. Seorang pria lahir pada tahun 1453, tahun jatuhnya Konstantinopel, bisa melihat ke belakang dari tahun kelima pada suatu masa di mana sekitar delapan juta buku telah dicetak, mungkin lebih daripada semua ahli-ahli Taurat Eropa telah diproduksi sejak Konstantinus mendirikan kotanya di AD 330 [20.]
Modern dunia.
mesin cetak Uap bertenaga menjadi populer di awal 1800-an. Mesin ini bisa mencetak 1.100 lembar per jam, tetapi pekerja hanya bisa mengatur surat-surat 2.000 per jam. Jenis yg satu saja dan Linotype mesin typesetting diperkenalkan di akhir abad 19. Mereka bisa menetapkan lebih dari 6.000 surat per jam dan garis seluruh jenis sekaligus.

Punggung buku merupakan aspek penting dalam desain buku, terutama dalam desain sampul. Ketika buku ditumpuk atau disimpan dalam rak, rincian pada tulang belakang adalah permukaan hanya terlihat yang berisi informasi mengenai buku tersebut. Di toko, adalah rincian pada tulang belakang yang menarik perhatian pembeli pertama. Metode yang digunakan untuk pencetakan dan mengikat buku lanjutan fundamental tidak berubah dari abad ke-15 ke dalam tahun-tahun awal abad ke-20. Walaupun ada tentu saja mekanisasi lebih, Gutenberg akan tidak memiliki kesulitan dalam memahami apa yang terjadi jika ia mengunjungi sebuah printer buku pada tahun 1900.

Saat ini, sebagian besar buku yang dicetak oleh litografi offset di mana gambar material yang akan dicetak adalah fotografis atau digital ditransfer ke pelat logam yang fleksibel dimana dikembangkan untuk mengeksploitasi antipati antara lemak (tinta) dan air. Ketika pelat adalah terpasang pada pers, air tersebar di atasnya. Area dikembangkan piring menolak air sehingga memungkinkan tinta untuk mematuhi hanya bagian-bagian dari pelat yang mencetak. tinta tersebut kemudian offset ke selimut karet (untuk mencegah air membasahi kertas) dan akhirnya ke kertas (lihat Litografi).

Ketika sebuah buku dicetak halaman diletakkan di atas piring sehingga setelah lembar dicetak adalah melipat halaman akan berada dalam urutan yang benar. [Lihat Pengenaan] Buku cenderung diproduksi saat ini dalam beberapa ukuran standar. Ukuran buku biasanya ditetapkan sebagai "ukuran trim": ukuran halaman setelah lembaran telah dilipat dan dipangkas. Memangkas melibatkan pemotongan sekitar 1 / 8 "dari atas, bawah dan depan-tepi (tepi berlawanan dengan tulang belakang) sebagai bagian dari proses yang mengikat untuk menghilangkan lipatan-lipatan sehingga halaman dapat dibuka. Ukuran standar hasil dari ukuran lembar (sehingga ukuran mesin) yang menjadi populer 200 atau 300 tahun yang lalu, dan kami datang untuk mendominasi industri. Dasar ukuran buku standar komersial di Amerika, selalu dinyatakan sebagai lebar x tinggi di Amerika Serikat, beberapa contoh adalah: 4-1/4 "x 7" (paperback ukuran rak) 5-1/8 "x 7-5/8" ( paperback mencerna ukuran) 5-1/2 "x 8-1/4" 5-1/2 "x 8-1/2" 6-1/8 "x 9-1/4" 7 "x 10" 8 - 1 / 2 "x 11". Ini "standar" trim ukuran sering akan sedikit berbeda tergantung pada mesin cetak khusus yang digunakan, dan pada ketidaktepatan operasi pemangkasan. Tentu saja ukuran trim lain yang tersedia, dan beberapa penerbit mendukung ukuran tidak tercantum di sini yang mungkin mereka mencalonkan sebagai "standar" juga, seperti 6 "" 9 x, 8 "x 10". Di Britania ukuran standar setara sedikit berbeda, serta sekarang sedang dinyatakan dalam milimeter, dan dengan tinggi lebar sebelumnya. Jadi Inggris setara 6-1/8 "x 9-1/4" adalah 234 x 156 mm. konvensi Inggris dalam hal ini berlaku di seluruh dunia yang berbicara, bahasa Inggris kecuali Amerika Serikat. Industri buku Eropa manufaktur bekerja untuk yang sama sekali berbeda dari standar.

Beberapa buku, terutama mereka yang berjalan lebih pendek (yaitu yang lebih sedikit salinan harus dibuat) akan dicetak pada lembaran-cetak offset makan, tapi sekarang kebanyakan buku dicetak pada penekanan web, yang diberi makan oleh gulungan kertas terus menerus, dan sehingga dapat mencetak salinan lebih dalam waktu yang lebih singkat. Pada lembar-makan tekan tumpukan lembaran kertas berdiri di salah satu ujung pers, dan setiap lembar melewati tekan secara individual. Makalah akan dicetak pada kedua belah pihak dan disampaikan, datar, sebagai tumpukan kertas di ujung pers. Lembaran-lembaran ini kemudian harus dilipat pada komputer lain yang menggunakan bar, rol dan pemotong melipat kertas tersebut ke dalam satu atau lebih tanda tangan. tanda tangan adalah bagian dari sebuah buku, biasanya dari 32 halaman, tapi kadang-kadang 16, 48 atau bahkan 64 halaman. Setelah tanda tangan dilipat mereka semua berkumpul: ditempatkan dalam urutan di kotak di atas sabuk beredar ke yang satu tanda tangan dari masing-masing bin dijatuhkan. Jadi sebagai garis beredar buku "lengkap" dikumpulkan bersama dalam satu tumpukan, sebelah lagi, dan lagi.

Sebuah tekan web melaksanakan lipat itu sendiri, memberikan kumpulan tanda tangan siap untuk pergi ke garis pertemuan. Perhatikan bahwa saat buku tersebut sedang dicetak itu sedang dicetak satu (atau dua) tanda tangan sekaligus, tidak satu buku lengkap pada satu waktu. Jadi, jika ada akan dicetak 10.000 eksemplar, tekan akan berjalan 10.000 dari bentuk pertama (halaman dicitrakan ke piring piring yang pertama dan cadangan, merupakan salah satu atau dua tanda tangan), kemudian 10.000 dari bentuk berikutnya, dan begitu pada sampai semua tanda tangan telah dicetak. Sebenarnya, karena ada tingkat pembusukan diketahui rata-rata dalam setiap langkah-langkah dalam penyelesaian buku itu melalui sistem manufaktur, jika 10.000 buku harus dibuat, printer akan mencetak antara 10.500 dan 11.000 eksemplar sehingga pembusukan berikutnya masih akan memungkinkan pengiriman kuantitas memerintahkan buku. Sumber kerusakannya cenderung terutama make-readies.

A-membuat siap adalah pekerjaan persiapan dilakukan oleh pressmen untuk mendapatkan percetakan sampai dengan kualitas kesan yang diperlukan. Termasuk dalam membuat-siap adalah waktu yang dibutuhkan untuk me-mount piring ke mesin, membersihkan kotoran apa pun dari pekerjaan sebelumnya, dan mendapatkan tekan sampai dengan kecepatan. Bagian utama adalah membuat-siap namun mendapatkan tinta / kanan neraca air, dan memastikan bahwa tinta tersebut bahkan di seluruh lebar kertas. Hal ini dilakukan dengan menjalankan kertas melalui pers dan halaman cetak limbah sementara menyesuaikan pers untuk meningkatkan kualitas. Desitometers digunakan untuk memastikan bahkan tinta dan konsistensi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Begitu memutuskan bahwa tukang cetak mencetak benar, semua lembar make-siap akan dibuang, dan pers akan mulai membuat buku. Serupa membuat readies terjadi di daerah lipat dan mengikat, masing-masing melibatkan pembusukan kertas.

Jika buku adalah hardback jalan melalui penjilidan poin akan melibatkan lebih banyak kegiatan daripada jika novel. Sebuah novel tali pengikat (sejumlah potongan mesin dihubungkan dengan ban berjalan) melibatkan beberapa langkah. Mengumpulkan tanda tangan, buku blok, akan dimasukkan ke dalam baris mana mereka akan satu per satu akan dicekam oleh lempeng konvergen dari masing-masing sisi buku itu, berbalik tulang belakang dan maju menuju stasiun perekatan. En rute tulang belakang blok buku akan pergi meninggalkan tanah tepi kasar ke mencengkeram erat kumpulan halaman. Penggilingan daun serat yang akan pegangan ke lem yang kemudian menyebar ke punggung buku. Meliputi kemudian bertemu dengan blok buku, dan satu penutup terjatuh ke tulang belakang menempel setiap blok buku, dan ditekan terhadap tulang belakang oleh rol. Buku ini kemudian dibawa ke depan ke stasiun pemangkasan, di mana tiga-pisau pemangkas secara bersamaan akan memotong bagian atas dan bawah dan depan-tepi novelnya meninggalkan tepi persegi yang jelas. Buku-buku tersebut kemudian dikemas dalam karton, atau dikemas pada keruntuhan, dan dikirim.

Setelah tanda tangan yang dilipat dan berkumpul, mereka pindah ke penjilidan. Di tengah-tengah abad terakhir masih banyak perdagangan pengikat - mengikat perusahaan yang berdiri sendiri yang melakukan pencetakan tidak, yang mengkhususkan diri dalam mengikat sendiri. Pada waktu itu, terutama karena dominasi percetakan cetak, pola industri ini untuk susunan kata dan pencetakan berlangsung di satu lokasi, dan mengikat di pabrik yang berbeda. Ketika itu semua jenis logam, dengan nilai buku khas tipe akan besar, rapuh dan berat. Kurang itu dipindahkan dalam kondisi ini lebih baik: jadi hampir invariabel bahwa pencetakan akan dilakukan di lokasi yang sama dengan susunan kata tersebut. lembar cetak di sisi lain dengan mudah dapat dipindahkan. Sekarang, karena meningkatnya komputerisasi proses mempersiapkan sebuah buku untuk printer, bagian typesetting pekerjaan telah mengalir hulu, di mana hal itu dilakukan secara terpisah baik oleh perusahaan kontraktor yang bekerja untuk penerbit, oleh penerbit sendiri, atau bahkan oleh penulis. Merger dalam industri manufaktur buku berarti bahwa sekarang tidak biasa untuk menemukan penjilidan yang tidak juga terlibat dalam pencetakan buku (dan sebaliknya).

Urutan peristiwa dapat sedikit berbeda, dan biasanya seluruh urutan tidak terjadi dalam satu lulus berkelanjutan melalui tali pengikat. Apa yang telah dijelaskan di atas unsewn mengikat, sekarang semakin umum. Tanda tangan buku juga dapat diselenggarakan bersama oleh menjahit Smyth. Jarum melewati tulang belakang lipatan setiap tanda tangan berturut-turut, dari luar ke pusat flip, menjahit halaman tanda tangan tanda tangan bersama-sama dan masing-masing negara tetangganya. menjahit McCain, sering digunakan dalam pelajaran mengikat, melibatkan pengeboran lubang melalui seluruh isi buku dan menjahit melalui semua halaman dari depan ke belakang dekat tepi tulang belakang. Kedua metode ini berarti bahwa lipatan di punggung buku tanah tidak akan meledak di garis mengikat. Hal ini benar teknik lain, takik mengikat, di mana luka sekitar satu inci panjang dibuat pada interval melalui flip di punggung masing-masing tanda tangan, sejajar dengan arah tulang belakang. Dalam lem tali pengikat dipaksa ke dalam "takik" kanan ke pusat tanda tangan, sehingga setiap pasangan halaman di signature-nya terikat pada setiap orang lain, seperti dalam buku dijahit Smyth. Sisa dari proses pengikatan serupa dalam segala hal. Dijahit dan buku terikat takik dapat terikat baik sebagai hardbacks atau novel.

Binding hardback adalah lebih rumit. Lihatlah buku bersampul dan Anda akan melihat cover tumpang tindih halaman sekitar 1 / 8 "bulat semua. Tumpang tindih ini disebut kotak. Potongan kertas kosong di dalam penutup disebut endpaper, atau endsheet: itu kertas agak kuat dari sisa buku karena merupakan endpapers yang memegang buku itu dalam kasus ini. The endpapers akan sebut akan tanda tangan pertama dan terakhir sebelum tanda tangan ditempatkan terpisah ke dalam keranjang pada baris pengumpulan. Tipping melibatkan menyebarkan beberapa lem sepanjang tepi punggung endpaper melipat dan menekan endpaper terhadap tanda tangannya. Mengumpulkan tanda tangan kemudian menempel sepanjang tulang belakang, dan blok buku dipangkas, seperti novelnya, tapi akan berlanjut setelah ini ke pengadu dan pendukung. Blok buku bersama-sama dengan endpapers nya akan mencengkeram dari sisi dan melewati bawah rol dengan menekan dari sisi ke sisi, menghancurkan tulang belakang bawah dan keluar di sisi sehingga seluruh buku mengambil penampang bulat: cembung di tulang belakang, cekung di tepi-hadapan, dengan "telinga" memproyeksikan di kedua sisi tulang belakang. Lalu tulang belakang dilem lagi, kertas liner menempel dan ikat kepala dan footbands diterapkan. Berikutnya lapisan kecelakaan (kain tenun yang agak terbuka seperti katun kuat) biasanya diterapkan, tumpang tindih sisi tulang belakang oleh inci atau lebih. Akhirnya dalam kasus, yang telah dibangun dan foil-cap off-line pada mesin yang terpisah, yang menempel di kedua sisi (tapi tidak pada daerah tulang belakang) dan ditempatkan di atas blok buku. Seluruh sandwich ini sekarang mencengkeram dari luar dan ditekan bersama untuk membentuk ikatan yang kuat antara endpapers dan bagian dalam kasus ini. Lapisan crash, yang direkatkan pada punggung halaman, tetapi tidak tulang belakang kasus ini, diadakan antara endpapers dan sisi kasus, dan bahkan memberikan sebagian besar kekuatan memegang blok buku ini ke dalam kasus ini. Buku ini kemudian akan jas (paling sering dengan tangan, sehingga tahap ini menjadi tahap inspeksi juga) sebelum dikemas siap untuk pengiriman.

Membuat kasus terjadi off-line dan sebelum kedatangan buku di garis mengikat. Dalam kasus yang paling dasar pembuatan, dua potong karton ditempatkan ke pelosok sepotong kain dengan ruang antara mereka menjadi yang ditempelkan sebuah papan tipis dipotong sesuai lebar tulang belakang buku ini. Tepi tumpang tindih kain (sekitar 5 / 8 "bulat semua) yang dilipat di atas papan, dan menekannya untuk mematuhi. Setelah kasus membuat tumpukan kasus akan pergi ke daerah stamping foil. Logam meninggal, photoengraved tempat lain, sudah terpasang di mesin stamping dan gulungan foil yang diposisikan untuk melewati antara mati dan kasus yang akan dicap. Panas dan tekanan menyebabkan foil untuk melepaskan diri dari dukungan dan mengikuti kasus ini. Foil datang dalam berbagai warna emas dan perak dan dalam berbagai warna pigmen, dan dengan hati-hati setup efek cukup rumit dapat dicapai dengan menggunakan gulungan yang berbeda foil pada buku satu. Kasus juga dapat terbuat dari kertas yang telah dicetak secara terpisah dan kemudian dilindungi dengan laminasi film jelas. Kasus tiga potong dibuat sama namun memiliki material yang berbeda pada tulang belakang dan tumpang tindih ke sisi: jadi mulai sebagai tiga potong bahan, masing-masing dari bahan murah untuk sisi dan bahan, yang berbeda kuat untuk tulang belakang .

Perkembangan terkini dalam buku manufaktur mencakup pengembangan digital printing. Buku halaman dicetak, dengan cara yang sama sebagai karya kantor mesin fotokopi, menggunakan tinta toner bukan. Setiap buku yang dicetak dalam satu lulus, bukan sebagai tanda tangan yang terpisah. cetak digital telah memungkinkan pembuatan jumlah yang jauh lebih kecil dari offset, sebagian karena tidak adanya membuat readies dan busuk. Orang mungkin berpikir pers web sebagai jumlah pencetakan lebih dari 2000, jumlah 250-2000 yang dicetak pada lembaran menekan-makan, dan menekan digital melakukan jumlah di bawah 250. Jumlah ini tentu saja hanya perkiraan dan akan bervariasi dari pemasok ke pemasok, dan dari buku ke buku tergantung pada karakteristiknya. cetak digital telah membuka kemungkinan print-on-demand, di mana tidak ada buku yang tercetak sampai setelah order diterima dari pelanggan.
Transisi ke format digital

Istilah e-book adalah kontraksi dari "buku elektronik"; itu merujuk ke versi digital dari sebuah buku cetak konvensional. E-buku ini biasanya dibuat tersedia melalui internet, tetapi juga pada CD-ROM dan bentuk lainnya. E-book dapat dibaca baik melalui komputer atau melalui perangkat menampilkan buku portabel yang dikenal sebagai e-pembaca buku, seperti Sony Reader, Barnes & Noble sudut atau Kindle Amazon. Perangkat ini mencoba untuk meniru pengalaman membaca buku cetak.

Sepanjang abad ke-20, perpustakaan menghadapi tingkat terus meningkat dari penerbitan, kadang-kadang disebut sebagai ledakan informasi. Munculnya penerbitan elektronik dan Internet berarti bahwa informasi baru banyak yang tidak dicetak dalam buku-buku kertas, tetapi dilakukan secara online tersedia melalui perpustakaan digital, CD-ROM, atau dalam bentuk e-book. Sebuah buku on-line adalah e-book yang tersedia secara online melalui internet. Meskipun banyak buku diproduksi secara digital, sebagian besar versi digital tidak tersedia untuk umum, dan tidak ada penurunan tingkat kutipan kertas penerbitan [diperlukan]. Ada upaya, namun, untuk mengkonversi buku yang berada dalam domain publik menjadi media digital untuk redistribusi terbatas dan ketersediaan tak terbatas. Upaya ini dipelopori oleh Project Gutenberg dikombinasikan dengan proofreader terdistribusi. Ada juga perkembangan baru dalam proses penerbitan buku-buku. Teknologi seperti mencetak pada permintaan, yang memungkinkan untuk mencetak paling sedikit sebagai salah satu juta buku pada suatu waktu, telah membuat diri jauh lebih mudah penerbitan dan lebih terjangkau. On-demand memungkinkan penerbit penerbitan, dengan menghindari tingginya biaya pergudangan, untuk tetap rendah menjual buku cetak daripada menyatakan mereka keluar dari cetak.

Sebuah penanda tipis, biasanya terbuat dari kertas atau kartu, digunakan untuk menjaga satu tempat di sebuah buku adalah penanda. Bookmarks digunakan selama periode abad pertengahan, biasanya terdiri dari satu strip perkamen kecil yang menempel pada tepi folio (atau sepotong kain yang melekat pada ikat kepala). Penunjuk dalam abad kedelapan belas dan kesembilan belas adalah pita sutra sempit terikat ke dalam buku dan menjadi tersebar luas pada tahun 1850an. Mereka biasanya terbuat dari sutra, bordiran kain atau kulit. Tidak sampai tahun 1880-an itu kertas dan bahan lainnya menjadi lebih umum.

Ukuran buku modern didasarkan pada area pencetakan pers flatbed umum. Halaman-halaman jenis diatur dan dijepit dalam bingkai, sehingga bila dicetak pada selembar kertas ukuran penuh pers, halaman akan sisi kanan atas dan dalam rangka ketika lembaran itu dilipat, dan ujung dilipat dipangkas.

Ukuran buku yang paling umum adalah:
- Quarto (4to): lembaran kertas dilipat dua kali, membentuk empat daun (delapan halaman) sekitar 11-13 inci (ca 30 cm) tinggi
- Octavo (8vo): ukuran yang paling umum untuk buku hardcover saat ini. Kertas tersebut dilipat tiga kali dalam delapan daun (16 halaman) hingga 9 ¾ "(ca 23 cm) tinggi.
- DuoDecimo (12mo): ukuran antara 8vo dan 16mo, hingga 7 ¾ "(ca 18 cm)
- Sextodecimo (16mo): kain itu dilipat empat kali, daun membentuk enam belas (32 halaman) sampai dengan 6 ¾ "(ca 15 cm) tinggi

Ukuran lebih kecil dari 16mo adalah:
- 24mo: sampai 5 ¾ "(ca 13 cm) tinggi.
- 32mo: sampai 5 "(ca 12 cm) tinggi.
- 48mo: sampai 4 "(ca 10 cm) tinggi.
- 64mo: sampai 3 "(ca 8 cm) tinggi.

buku kecil dapat buklet disebut. Ukuran lebih besar dari kuarto adalah:
- Folio: sampai 15 "(ca 38 cm) tinggi.
- Gajah Folio: sampai 23 "(ca 58 cm) tinggi.
- Atlas Folio: sampai dengan 25 (ca 63 cm).
- Gajah Double Folio: sampai 50 "(± 127 cm).

Banyak buku yang diterbitkan hari ini adalah cerita fiktif. Mereka berada di-sebagian atau sepenuhnya tidak benar atau fantasi. Secara historis, produksi kertas dianggap terlalu mahal untuk digunakan untuk hiburan. Peningkatan keaksaraan global dan teknologi mencetak menyebabkan peningkatan penerbitan buku-buku untuk tujuan hiburan, dan komentar sosial alegoris. Kebanyakan fiksi tambahan dikategorikan menurut genre.

Novel ini adalah bentuk paling umum dari buku fiksi. Novel adalah cerita yang biasanya menampilkan plot, setting, tema dan karakter. Cerita dan narasi yang tidak terbatas pada topik apapun; novel bisa aneh, serius atau kontroversial. Novel ini berdampak besar pada pasar hiburan dan penerbitan.  novel adalah istilah yang kadang-kadang digunakan untuk prosa fiksi biasanya antara 17.500 dan 40.000 kata, dan cerita roman antara 7.500 dan 17.500. Sebuah cerita pendek bisa setiap panjang hingga 10.000 kata, tapi kata lengths ini tidak universal didirikan.

Dalam perpustakaan, buku referensi adalah jenis umum dari non-fiksi buku yang memberikan informasi sebagai lawan bercerita, esai, komentar, atau mendukung suatu sudut pandang. almanak adalah sebuah buku referensi yang sangat umum, biasanya satu-volume, dengan daftar data dan informasi tentang banyak topik. Sebuah ensiklopedia adalah sebuah buku atau sekumpulan buku yang dirancang untuk memiliki lebih artikel secara mendalam mengenai berbagai topik. Sebuah kata-kata daftar buku, etimologi mereka, makna, dan informasi lainnya disebut kamus. Sebuah buku yang merupakan kumpulan peta adalah atlas. Sebuah buku referensi yang lebih spesifik dengan tabel atau daftar data dan informasi tentang suatu topik tertentu, yang seringkali ditujukan untuk penggunaan profesional, sering disebut buku pegangan. Buku-buku yang mencoba untuk referensi daftar dan abstrak dalam area yang luas tertentu dapat disebut indeks, misalnya Rekayasa Indeks, atau abstrak seperti abstrak kimia dan biologi abstrak.
Atlas

Buku dengan informasi teknis tentang bagaimana melakukan sesuatu atau bagaimana menggunakan beberapa peralatan disebut instruksi manual. Lain populer buku-buku termasuk buku masak dan buku-buku rumah perbaikan.

Siswa biasanya menyimpan dan membawa buku pelajaran dan buku sekolah untuk tujuan belajar. murid SD sering menggunakan buku kerja, yang diterbitkan dengan spasi atau kosong untuk diisi oleh mereka untuk studi atau pekerjaan rumah. Dalam Amerika Serikat pendidikan tinggi, biasanya untuk siswa untuk mengambil ujian yang menggunakan sebuah buku biru. Sebuah halaman dari sebuah notebook yang digunakan sebagai buku harian yang ditulis tangan. Ada satu set buku besar yang dibuat hanya untuk menulis ide-ide pribadi, catatan, dan rekening. Buku-buku ini jarang dipublikasikan dan biasanya dihancurkan atau tetap swasta. Notebook kertas kosong yang akan ditulis oleh pengguna. Siswa dan penulis biasanya menggunakan mereka untuk membuat catatan. Para ilmuwan dan peneliti lain menggunakan notebook laboratorium untuk merekam spork mereka. Mereka sering fitur binding spiral kumparan di tepi sehingga halaman dapat dengan mudah disobek.

perpustakaan pribadi atau pribadi terdiri dari non-fiksi dan buku fiksi, (sebagai lawan kepada negara atau kelembagaan catatan disimpan dalam arsip) pertama kali muncul di Yunani klasik. Di dunia kuno menjaga perpustakaan itu biasanya (tapi tidak eksklusif) hak istimewa individu kaya. Perpustakaan ini bisa saja baik pribadi atau publik, yaitu untuk orang-orang yang tertarik menggunakan mereka. Perbedaan dari sebuah perpustakaan umum yang modern terletak pada fakta bahwa mereka biasanya tidak dibiayai dari sumber-sumber publik. Diperkirakan bahwa di kota Roma pada akhir abad ketiga ada sekitar 30 perpustakaan umum. Perpustakaan umum juga ada di kota-kota lain wilayah Mediterania kuno (misalnya Perpustakaan Alexandria) [23]. Kemudian, pada Abad Pertengahan, biara-biara dan universitas juga perpustakaan yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Biasanya tidak seluruh koleksi yang tersedia untuk umum, buku-buku tidak bisa dipinjam dan sering dirantai untuk membaca berdiri untuk mencegah pencurian.

Komersial penerbit di negara-negara industri umumnya menetapkan ISBN untuk buku-buku mereka, sehingga pembeli dapat menganggap bahwa ISBN adalah bagian dari sistem internasional total, tanpa pengecualian. Namun pemerintah banyak penerbit, di industri serta negara-negara berkembang, tidak berpartisipasi penuh dalam sistem ISBN, dan menerbitkan buku-buku yang tidak memiliki ISBN. Setiap buku ditentukan oleh International Standard Book Number, atau ISBN, yang unik untuk setiap edisi untuk setiap buku yang dihasilkan oleh penayang yang berpartisipasi, di seluruh dunia. Ini dikelola oleh Society ISBN. ISBN memiliki empat bagian: bagian pertama adalah kode negara, kode penerbit yang kedua, dan ketiga kode judul. Bagian terakhir merupakan cek digit, dan dapat mengambil nilai dari 0-9 dan X (10). The nomor EAN Barcode untuk buku-buku yang berasal dari ISBN dengan awalan 978, untuk Bookland, dan menghitung digit cek baru.

Kumpulan besar atau publik membutuhkan katalog. Kode disebut "nomor telepon" berhubungan dengan buku-buku untuk katalog, dan menentukan lokasi mereka di rak. Nomor Panggil didasarkan pada sistem klasifikasi Perpustakaan. Nomor panggilan ditempatkan pada tulang belakang buku, biasanya jarak pendek sebelum dasar, dan di dalam.

Kelembagaan atau standar nasional, seperti ANSI / NISO Z39.41 - 1997, menetapkan cara yang benar untuk menempatkan informasi (seperti judul, atau nama penulis) pada tulang punggung buku, dan pada "shelvable" buku-benda seperti, seperti wadah untuk DVD, kaset video dan software. Buku-buku tentang rak-rak perpustakaan dengan Bookends, dan nomor telepon terlihat di duri. Sistem ini telah jatuh dari penggunaan di beberapa tempat, terutama karena bias Eropa-sentris dan kesulitan lain untuk menerapkan sistem perpustakaan modern. Namun pulp kertas mengandung asam, yang akhirnya menghancurkan kertas dari dalam. Sebelumnya teknik yang digunakan untuk membuat kertas rol batu kapur, yang menetralisir asam di dalam pulp. Light merugikan koleksi. Oleh karena itu, perawatan harus diberikan untuk koleksi dengan menerapkan kontrol cahaya. Selain solusi ini bermanfaat, perpustakaan juga harus berusaha untuk siap jika bencana terjadi, yang mereka tidak dapat mengendalikan. Perawatan yang baik buku memperhitungkan kemungkinan kerusakan fisik dan kimia untuk sampul dan teks. Mereka membutuhkan dukungan dari sekitar volume untuk mempertahankan bentuknya, sehingga sangat diinginkan untuk mengesampingkan mereka dengan ukuran.

Artikel Dr Stephen Carr Leon

Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit
di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya,
yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar?”
Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke
Calif ornia, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa Allah memberi
kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?
Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini
memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat
mungkin.
Persiapan Melahirkan
Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang
mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli
buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.
Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika
dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.
Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”
Dia menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya,
semoga ia menjadi jenius.”
Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.
Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika
sampai genap melahirkan.
Cara Makan
Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali
memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan
tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.
Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan
mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak
didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam
kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.
Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan,
“Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan,
mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau f illet),”
ungkapnya.
Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja.
Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan
kacang, harus, terutama kacang badam.
Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika
Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka,
dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan
menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.
ROKOK
Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali
merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda
merokok di luar rumah mereka.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama
pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa
generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat
memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti
dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).
Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga
bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini
adalah suatu kewajiban.
Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal
menjadikan anak pintar.
Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.
Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.
1 – 6 SD
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan.
Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak
di Calif ornia, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !” katanya.
Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi
olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah,
menembak dan berlari.
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak f okus. Disamping
itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.
Sekolah Menengah – Perguruan Tinggi
Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan
pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala
kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih
tinggi.
Satu lagi yg di beri keutamaan ialah f akultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka
begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa
diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak
$US 1 juta!
Anda terperanjat?
Itulah kenyataannya.
Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah
keharusan.. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati
beberapa generasi mungkin?
PENDIDIKAN ANAK DI PALESTINA
Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel
mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27
Desember 2008 kemarin memf okuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu
sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.
Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan
belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik
sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah haf idz al-Quran.
Anak-anak yang sudah haf al 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam
usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi
seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.
Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghaf al Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari
segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur’an. Tak ada
main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghaf al yang masih begitu belia. Kini,
karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghaf al Quran itu telah syahid.
Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah
giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian
pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.
Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana
saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat
mahal.
Benarkah merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata
itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
“Lihat saja Indonesia,” katanya seperti dalam tulisan itu.
Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke
musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts
!!!
“Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah
yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari
bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Apakah ini
bukan akibat merokok? Anda f ikirlah sendiri?”